Perbandingan Antar Aliran
Senin, 07 Januari 2013 | 0 komentar
BAB I
PEMBAHASAN
Adanya perbedaan-perbedaan pendapat dalam aliran-aliran kalam mengenai kekuatan akal,fungsi wahyu,dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentang kehendak mutlak dan keadilan tuhan.
Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan tuhan adalah keberadaan tuhan sebagai pencipta alam semesta.Sebagai pencipta alam, tuhan haruslah mengatasi segala hal yang ada, bahkan harus mekampaui segala aspek yang ada itu. Ia adalalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang mengatasi dan melampaui kekuasaan-Nya. Ia difahami sebagai eksistensi yang esa dan unik. Inilah makna umum yang dianut aliran-aliran kalam dalam memahami tentang kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan.
Faham keadilan tuhan, dalam pemikiran kalam, bergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat? Ataukah manusia hanya terpaksa saja?
Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung cenderung memahami kedilan tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang menberi tekanan pada ketidak bebasan manusia di tengah kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, cenderung memahami keadilan tuhan dari sudut tuhan pemilik alam semesta.
Disamping faktor-faktor diatas, perbedaan aliran-aliran kalam dalam persoalan kehendak mutlak dan keadilan tuhan ini didasari pula oleh perbedaan pemahaman terhadap kekuatan akal dan fungsi wahyu.Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang besar. Kekuasaan tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Adapun aliran yang berpendapat sebaliknya bahwa kekuasaan dan kehendak tuhan tetap bersifat mutlak.
1) ALIRAN MU’TAZILAH
Mu’tazilah yaang berprinsip keadilan tuhan mengatakan bahwa tuhan itu adil dan tidak mungkin berbuat dzalim dengan melaksanakan kehendak pada hamba-Nya kemudian mengharuskan hamba-Nya itu untuk menanggung akibat dari perbuatanya.Dengan demikian manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan perbuatan tanpa adanya paksaan namun, manusia itu dapat mempertanggung jawabkan perbuatanya.
Secara lebih jelas, aliran mu’tazilah mengatakan bahwa kekuasaan tuhan sebenarnya tidak mutlak lagi. Ketidakmutlakan kekuasaan tuhan itu di sebabkan oleh kebebasan yang diberikan tuhan kepada manusia serta adanya hukum alam yang menurut Al-Qur’an tidak pernah berubah.
Oleh sebab itu,dalam pandangan mu’tazilah kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan berlaku dalam jalur hukum-hukum yang tersebar di tengah alam semesta.
Selanjutnya, aliran mu’tazilah mengatakan sebagaimana yang dijelaskan oleh Abd-Jabbar, bahwakeadilan tuhan mengandung arti tuhan tidak berbuat dan memilih hal yang buruk , tidak melalaikan kewajiban-kewajiban-Nya pada manusia dan segala perbuata-Nya adalah baik. Jalan fikiran ini tidak menghendaki sifat dzalim dalam menghukum.
Dari uraian tersebut, dapat diambil pengertian bahwa semua perbuatan yang timbul dari tuhan , dalam hubunga-Nya dengan hamba-Nya, ditentukan oleh kebijaksanaan atas dasar kemaslahatan. Perbuatan tuhan tidaklah bertujuan untuk kepentingan dirinya sendir, melainkan untuk kepentingan makhluk dan perbuatan-Nya itu selalu baik. Kebaikan itu bermakna bila tuhan tidak berbuat zalim dengan membebani manusia yang tidak terpikul dan menyiksa pelaku perbuatan buruk dengan paksaan tanpa memberi kebebasan terlebih dahulu.
2) ALIRAN ASY’ ARIAH
Kaum Asy’ariah, karena percaya pada kemutlakan kekuasaan tuhan, berpendapat bahwa perbuatan tuhan tidak mempunyai tujuan.yang mendorong tuhan untuk berbuat sesuatu semata-mata adalah kekuasaan dan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena kepentingan manusia atau tujuan lain. Mereka mengartikan keadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya , yaitu mempunyai kekuasaan mutlak pada harta yang dimiliki serta menggunakanya sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, keadilan tuhan mengandung arti bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap mahluk-Nya dan dapat berkehendak sesuka hatinya-Nya.
Aliran asy’ariah yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kecil dan manusia tidak mempunyai kebebasan atas kehendak dan perbuatanya, mengemukakan bahwa kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan haruslah berlaku semutlak-mutlaknya. AL-Asy’ary sendiri menjelaskan bahwa tuhan tidak tunduk pada siapapun dak tiada satu dzat lain di atas tuhan yang dapat membuat hukum serta menentukan apa yang boleh di buat dan apa yang tidak boleh dibuat oleh tuhan. Malah lebih jauh dikatakan oleh Asy’ary , kalau memang tuhan menginginkan , ia dapat saja meletakkan beban yang tak terpikul oleh manusia. Kehendak tuhan meski berlaku , bila kehndak tuhan tidak berlaku , itu berarti tuhan lupa,lalai dan lemah untuk melaksanakan kehendak-Nya itu, sedangkan sifat lupa ,lalai, apalagi lemah, adalah sifat yang mustahil bagi Allah.
Karena menekankan kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, aliran Asy’ariyah memberi makna keadilan tuhan dengan pemahaman bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak terhadap mahluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak hatinya.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa keadilan tuhan dalam konsep Asy’ariyah terletak pada kehendak mutlaknya.
3) ALIRAN MATURIDIYAH
Dalam memahami kehendak mutlak dan keadilan tuhan, aliran ini terpisahmenjadi 2, yaitu Maturidiyah samarkand dan maturidiyah bukhara. Pemisahan ini disebabkan perbedaan keduanya dalam menentukan porsi penggunaan akal dan pemberian batas terhadap kekuasaan mutlak tuhan. Karena menurut faham fre will dan free act serta adanya batasan dari kekuasaan mutlak tuhan , kaum maturidiyah samarkand mempunyai posisi yang lebih dekat kepada mu’tazilah.
Kehedak mutlak tuhan, menurut maturidiyah samarkand , dibatasi oleh keadilan tuhan. Tuhan adil mengandung mengandung arti bahwa segala perbuata-Nya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban- kewajibanya terhadap manusia , oleh karna itu , tuhan tidak akan memberi beban yang terlalu berat kepada manusia dan tidak sewenang-wenang dalam memberikan hukum karena tuhan tidak dapat berbuat dzalim.
Adapun maturidiyah bukhara berpendapat bahwa tuhan mempunyai kekuasaan mutlak. Tuhan dapat berbuat apa-apa dan menentukan segala-galanya, tidak ada yang menentang dan memaksa tuhan dan tidak ada larangan bagi tuhan.lebih jauh lagi , maturidiyah bukhara berpendapat bahwa ketidakadilan tuhan haruslah difahami dalam kontexs kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan.secara jelas, Al-Bazdawi mengatakan bahwa tuhan tidak mempunyai tujuan dan tidak mempunyai unsur pendorong untuk menciptakan kosmos, Tuhan berbuat sekehendak-Nya sendiri. Ini berarti, bahwa alam tidak diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia atau dengan kata lain, konsep keadilan tuhan bukan diletakkan untuk kepentingan manusia, tetapi pada Tuhan sebagai pemilik mutlak.
BAB II
KESIMPULAN
Adanya perbedaan pendapat dalam aliran-aliran ilmu kalam mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, dan kebebasan atau kehendak dan perbuatan manusia telah memunculkan pula perbedaan pendapat tentang kehendak mutlak dan keadilan tuhan.
Pangkal persoalan kehendak mutlak dan keadilan tuhan adalah keberadaan tuhan sebagai pencipta alam semesta.Ia adalah eksistensi yang mempunyai kehendak dan kekuasaan yang tidak terbatas karena tidak ada eksistensi lain yang melampaui eksistensi-Nya.
Faham keadilan Tuhan ,dalam pemikiran kalam, bergantung pada pandangan, apakah manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat.
Aliran kalam rasional yang menekankan kebebasan manusia cenderung memahami keadilan tuhan dari sudut kepentingan, sedangkan aliran kalam tradisional yang memberi tekanan pada ketidakbebasaan manusia di tengah kekuasaan dan kehendak muttlak Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung. 1998.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jangan Lupa Join Ya Sob....
Untuk menjalin Silaturahim diniatkan Lillaahi Ta'ala...
Salam Penulis :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Blog ini sengaja saya buat sebagai salah satu media silaturahim dan agar dapat saling bertukar fikiran (sharing) tentang ilmu yang kita miliki...
Apabila terdapat kata-kata yang kasar dan terlihat kurang sopan, Saya minta ma'af yang sebesar-besarnya...
semoga bermanfa'at dan kita bisa mengamalkan ilmu yang kita miliki...
"Wallaahu A'lam Bish_Shawaab..."
وَاَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar