Isim Mu’rob dan Isim Mabni
الْمُعْرَبُ وَالْمَبْنِي
BAB MU’RAB DAN MABNI
Bait 15 :
وَالاسْمُ مِنْهُ مُعْرَبٌ وَمَبْنِي ¤ لِشَبَـــهٍ مِنَ الْحُــرُوْفِ مُدْنِي
Diantaranya Kalimat Isim ada yang Mu’rab, dan ada juga yang Mabni karena keserupaan dengan kalimah Huruf secara mendekati.
Bait ini menerangkan bahwa kalimah isim terbagi menjadi:
- Isim Mu’rob: yaitu Isim yang selamat dari keserupaan dengan Kalimat Huruf.
- Isim Mabni: yaitu Isim yang dekatnya keserupaan dengan kalimat huruf.
Menurut pendapat Kyai Mushannif bahwa
yang menjadi illat kemabnian Kalimat Isim dirumuskan menjadi “Serupa
Kalimat Huruf” yang akan dijelaskan bagian-bagiannya pada dua bait
berikutnya. Rumusan Mushannif ini sejalan dengan pendapat Mazhab Nahwu
lain seperti Imam Abu Ali al-Farisi, juga Imam Sibawaih, bahwa Illat
kemabnian kalimat Isim semuanya dikembalikan kepada “Serupa kalimat
Huruf”.
Bait 16-17 :
Bait 16-17 :
Faktor Mabninya Kalimat Isim: Wadh’i, Ma’nawi, Niyabah, Iftiqoriy.
كَالْشَّبَهِ الْوَضْعِيِّ فِي اسْمَيْ جِئْتَنَا ¤ وَالْمَعْـنَـــوِيِّ فِي مَتَى وَفِي هُـــــــنَا
Seperti keserupaan bangsa “Wadh’i” di dalam dua isimnya lafadz جئتنا. Dan keserupaan bangsa “Ma’nawi” dalam contoh متى dan هنا.
وَكَنِيَابَةٍ عَنِ الْفِعْلِ بِلاَ ¤ تَأَثُّــــرٍ وَكَافْــتِقَارٍ أُصِّلا
Dan
keserupaan bangsa “Niyabah” pengganti dari Fi’il tanpa pembekasan I’rob
(Isim Fi’il). Dan keserupaan bangsa “Iftiqoriy” kebutuhan yang
dimustikan (membutuhkan shilah) .
Disebutkan pada dua bait di atas tentang
macam-macam keserupaan kalimat isim terhadap kalimat huruf yang menjadi
faktor kemabnian Kalimat Isim tersebut. Segi keserupaan ini terdapat
pada empat faktor:
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Wadh’i/ kondisi bentuknya:Yaitu isim yang bentuknya serupa dengan bentuk kalimat huruf, hanya terdiri dari satu huruf misal TA’ pada lafadz ضربت. Atau hanya terdiri dari dua huruf misal NA pada lafadz أكرمنا. Sebagaimana contoh dalam Bait:
جئتنا
Engkau datang kepada kami.
TA’nya adalah Isim Fa’il dan NAnya adalah Isim Maf’ul dari Kata Kerja جَاءَ Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Ma’nawi/maknanya:
Dalam hal ini ada dua term:
(1) . Keserupaan bangsa makna yang ada padanannya, misal متى serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Istifham (kata tanya). Atau serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Syarat.
(1) . Keserupaan bangsa makna yang ada padanannya, misal متى serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Istifham (kata tanya). Atau serupa maknanya dengan Kalimat Huruf Syarat.
→ Contoh Isim Istifham:
مَتَى تَقُومُ ؟
Kapan kamu mau berdiri?
مَتى السّفرُ ؟
Kapan bepergian?
مَتَى نَصْرُ الله أَلاَ إِنَّ نَصْرَ الله قَرِيبٌ
“Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
→ Contoh Isim Syarat:
مَتَى تَقُمْ أَقُمْ
Bilamana kamu berdiri, niscaya aku ikut berdiri.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
(2). Keserupaan bangsa Ma’nawi yang dikira-kira, karena tidak ada padanannya. Misal هنا artinya:
disini (kata tunjuk sesuatu/Isim Isyarah) serupa maknanya dengan
Kalimat Huruf secara dikira-kira karena tidak ada contoh kalimat huruf
padanannya. Namun demikian, Isim isyarah ini menunjukkan makna dari suatu makna, diserupakan dengan Kalimat Huruf yang juga menunjukkan karakter demikian, seperti Kalimat Huruf ما Nafi untuk meniadakan sesuatu, لا Nahi untuk mencegah sesuatu, ليت Tamanni untuk mehayalkan sesuatu, dan لعل Taroji untuk mengharap sesuatu, dan lain-lain. Contoh:
أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ
Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman
Keserupaan pada Kalimat Huruf bangsa Niyabah/pengganti Fi’il
Yaitu semua jenis “Isim Fi’il” atau
Kalimah Isim yang beramal seperti amal Kalimah Fi’il beserta bebas dari
bekas ‘Amil, yang demikian adalah seperti Kalimat Huruf. Contoh:
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu
دَرَاكِ زَيْدًا
Temukan Zaid!
Lafazh دراك “Darooki”
pada contoh ini adalah Isim Mabni (Mabni Kasroh) karena serupa dengan
Kalimah Huruf pada faktor Niyabah. disebutkan dalam Bait: بلا تأثر
“yang tanpa dibekasi amil” atau mengamal I’rob tanpa bisa diamali
I’rob. Adalah untuk membedakan dengan Isim yang beramal seperti Kalimat
Fi’il tapi ada bekas Amil. Contoh:
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa!
ضَرْبًا زَيْدًا
Pukullah Zaid!
Lafadz ضربا “Dhorban” adalah Isim masdar yang dinashobkan oleh ‘Amil yaitu Kalimat Fi’il yang dibuang, menggantikan tugas Kalimat Fi’il اضرب “Idhrib!” pukullah!. Berbeda dengan lafadz دراك “Darooki” sekalipun dikatakan pengganti tugas Kalimat Fi’il أدرك “Adrik!” temukan! Tapi ia mandiri tanpa ada pembekasan ‘Amil.
Walhasil dari apa yang tersirat dari Bait
Syair Mushannif: bahwa Masdar dan Isim Fi’il bersekutu dalam hal
sama-sama menggantikan tugas Kalimat Fi’il. Perbedaannya adalah: Masdar
ada bekas ‘Amil, dihukumi Mu’rob karena tidak serupa dengan Kalimat
Huruf. sedangkan “Isim Fi’il” tidak ada bekas ‘Amil, dihukumi Mabni
karena serupa dengan Kalimah Huruf.
Mengenai kemabnian dan masalah khilafiyah
yang ada pada Kalimat Isim Fiil ini, akan diterangkan nanti pada
Bait-Bait Syair Mushannif secara khusus yaitu pada Bab Isim Fi’il dan
Isim Ashwat. Insya Allah.
Keserupaan pada Kalimah Huruf bangsa Iftiqoriy/kebutuhan yang musti.
Maksudnya adalah Isim Maushul seperti الذي dan
saudara-saudaranya, musti butuh terhadap jumlah sebagai shilahnya. Sama
seperti Kalimah Huruf yang musti butuh kepada kalimat lain. Oleh karena
itu Isim Maushul dihukumi Mabni. Disebutkan dalam Bait وكافتقار أصلا
“Kebutuhan yang dimustikan” untuk membedakan dengan Kalimah Isim yang
Iftiqorinya/karakter kebutuhannya tidak musti. Seperti “Isim Nakirah”
yang disifati, butuh terhadap jumlah sebagai sifatnya, namun
kebutuhannya itu tidak sampai pada kategori lazim atau musti. Contoh:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي اْلاَرْضِ جَمِيعًا
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu
Kesimpulan dari dua Bait di atas, bahwa Isim Mabni ada enam bab: ISIM DHOMIR, ISIM SYARAT, ISIM ISTIFHAM, ISIM ISYARAH, ISIM FI’IL dan ISIM MAUSHUL.
Bait 18:
Bait 18:
وَمُعْرَبُ الأَسْمَاءِ مَا قَدْ سَلِمَا ¤ مِنْ شَبَهِ الْحَرْفِ كَأَرْضٍ وَسُمَا
Adapun Mu’robnya
Kalimah-kalimah Isim, adalah Isim yang benar-benar selamat dari serupa
Kalimah Huruf seperi contoh: “Ardhin” dan “Sumaa”.
Bait ini menerangkan bahwa Isim Mu’rob
berlawanan dengan Isim Mabni, artinya: dikatakan Isim Mu’rob karena
tidak ada keserupaan dengan Kalimah Huruf, baik Isim Mu’rob itu Shahih
akhir tidak ada huruf illat seperti أَرْض, (Ardhin : Bumi) atau Mu’tal yang diakhiri dengan huruf illat seperti سُمَا (Sumaa : Nama, salah satu bahasa dari kata ٌاسْم), juga Isim Mu’rob itu ada yang “Mutamakkin Amkan” pantas tanwin dan mungkin (Isim Munshorif) seperti ُزَيْد , عَمْرٌو dan ada yang “Mutamakkin Ghair Amkan” pantas tanwin tapi tidak mungkin (Isim tidak Munshorif) seperti ُأَحْمَدُ , مَسَاجِدُ, مَصَابِيْح . Sedangkan Isim Mabni disebut “Ghairu Mutamakkin” sama sekali tidak pantas tanwin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar