BAB I
PEMBAHASAN
Metode dalam bahasa Arab disebut dengan al-thariq,
artinya jalan. Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampai ke tujuan.
Mengajarkan materi pelajaran agar dapat diterima peserta didik hendaknya
menggunakan jalan yang tepat, atau dalam bahasa yang lebih tepatnya cara dan
upaya yang dipakai pendidik.
Muhammad ‘Abdu Rahim Ghunaimat mendefinisikan metode
mengajar sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dari
maksud-maksud pengajaran. Ali al-Jumbulati dan Abu al-Fath al-Tawanisi
mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk
menyampaikan informasi ke otak murid-murid. Jadi metode pendidikan adalah
berbagai cara yang digunakan pendidik agar materi yang diajarkan dapat diterima
oleh peserta didik.
Adapun metode-metode yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada para sahabatnya yaitu sebagai berikut :
1.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah metode dengan memberikan
penjelasan tentang sebuah materi. Biasa dilakukan didepan beberapa orang
peserta didik. Meetode ini menggunakan bahasa lisan. Peserta didik biasanya
duduk sambil mendengarkan penjelasan materi disampaikan pendidik. Metode ini
sering digunakan Rasulullah SAW, terutama pada saat beliau berkhutbah sebelum
melaksanakan salat jum’at. Metode ini pernah dilakukan oleh Rasulullah, ketika
turun wahyu yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan : yang
artinya : “Menceritakan kepada kami Qutaibat ibn Sa’id dan Zuhair ibn Haro,
berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari
Musa ibn Thalhat, dari Abu Hurairah, ia berkata “Tatkala diturunkan ayat ini :
“Dan peringkatkanlah para kerabatmu yang terdekat (Q.S. Al-Syu’ara: 214), maka
Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka bekumpul,
Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani
Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Murrat ibn
Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahai Bani ‘Abdi Syams,
selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahabi Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah
diri kalian dari neraka ! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari
neraka ! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka !
Wahai Fatimat, selamatkanlah dirimu dari neraka ! Karena aku tidak kuasa
menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan
kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”.
(H.R. Muslim).
Metode ceramah sifatnya lebih monolog, komunikasi satu
arah kurang mengaktifkan logika lawan bicara. Karenya, metode ini hendaknya
dibarengi dengan metode lainnya agar lebih hidup, dan memiliki nilai lebih
dalam upaya penyampaian informasi kepada peserta didik.
2.
Metode
Diskusi
Diskusi adalah tukar pikiran antara dua orang atau lebih
untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kata diskusi berasal dari bahasa Latin
yaitu “discussus” yang berarti “to examine”, insestigate” (memeriksa,
menyelidik). Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang
atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka
mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Metode ini sering digunakan Rasulullah SAW bersama para sahabat
terutama untuk mencari kata sepakat. Al-Mubarakfury menyebutkan, sebagai
dikutip Nawwal al-Thuwairaqi, bahwa pada perang Badar kaum muslimin berhasil
menawan 70 orang, yang diikat dengan tali. Rasulullah SAW membagikan mereka
sebagai tawanan kepada para sahabat dan beliau tetap berwasiat untuk berlaku
baik kepada mereka. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mengadakan
musyawarah dengan para sahabatnya mengenai tindakan apa yang harus diperlakukan
kepada para tawanan. Abu Bakar al-Shiddiq mengusulkan, mereka diberi kesempatan
untuk menebus dirinya, untuk menjadi sumber kekuatan bagi Islam. Umar
berpendapat agar mereka dibunuh, Rasululah SAW menerima pendapat Abu Bakar
al-Shiddiq.
Bila ditelaah dari beberapa riwayat diatas, Rasulullah
SAW adalah orang yang paling banyak berdiskusi, meskipun pada dasarnya beliau
memiliki wewenang untuk membuat keputusan sendiri. Tetapi, sebagai bentuk rasa
keuruan yang terdapat padanya, beliau tidak merasa bosan bahkan sering
mengadakan diskusi dengan para sahabat, apabila ada persoalan bersama.
3.
Metode
Eksperimen
Metode eksperimen ialah cara pembelajaran dengan
melakukan percobaan tehadap materi yang sedang dipelajari, setiap proses dan
hasil percobaan itu diamati dengan seksama. Metode eksperimen sangat penting,
terutama untuk menemukan hal-hal baru. Metode eksperimen adalah metode yang
disetuui oleh Rasulullah, hal ini dapat dilihat dari penjelasan Rasulullah SAW
ketidak beliau menyampaikan bahwa pohon kurma tidak perlu “dikawinkan” untuk
membuahkannya dan ternyata bahwa informasi beliau tidak terbukti di kalangan
sekian banyak sahabat, Nabi menyampaikan, “Apa yang kusampaikan menyangkut
ajaran agama, maka terimalah sedang kamu lebih tahu persoalan duniamu.
Dua penjelasan diatas, metode eksperimen sangat dibutuhkan
terutama yang berkaitan dengan bidang kedokteran, pertanian, sains dan
teknologi. Pada dasarnya Rasulullah memberikan dukungan untuk menggunakan
metode eksperimen dalam pengembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan, selama
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip al-Qur’an dan hadis.
4.
Metode
Tanya Jawab
Metode Tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana
seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan
pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil
memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik. Guru mengharapkan dari
peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam Tanya jawab,
pertanyaan adakalanya di pihak peserta didik (dalam hal ini atau peserta didik
yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah guru memberikan
jawabannya.
Rasulullah juga pernah mempergunakan metode Tanya jawab;
misalnya Tanya jawab antara Rasulullah dengan Jibril, ketika Jibril menguji
Rasul tentang iman, Islam dan Ihsan. Sebagai berikut yang artinya : “Menceritakan
kepada kami Ismail ibn Ibrahim memberiktan kepada Kami Abu Hayyan al-Tamimi
dari Abi Zar’at dari Abu Hurairat ,
ia berkata, ‘Pada suatu hari
ketika Nabi SAW sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba dating seorang laki-laki
dan bertanya, “Apakah iman itu? “Jawab Nabi, Iman adalah percaya kepada Allah,
para malaikat-Nya, dan pertemuan dengan-Nya, para rasul-Nya, dan percaya pada
hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya kembali. Apakah Islam
itu jawab Nabi, Islam adalah menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan, dan
berpuasa dibulan Ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, apakah ihsan itu ?
jawab nabi SAW, Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.
Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. Lalu laki-laki
itu bertanya lagi : “Apakah hari kiamat itu?” Nabi SAW menjawab, “Orang yang
ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya, tetapi saya
beitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu
jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika pengembala unta dan
ternak lainya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Dan termasuk dalam
lima macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam
ayat : “Sesungguhnya Allah hanya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari
kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim ibu, dan tidak seorang pun yang mengetahui dimanakah ia akan mati.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui sedalam-dalamnya”. Kemudian pergilah orang
itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat, “Antarkanlah orang itu. Akan tetapi,
sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka nabi SAW bersabda, itu adalah
Malaikat Jibril as yang dating mengajarkan agama bagimu”. (H.R. Bukhari).
5.
Metode
Demonstrasi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk
menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal denga
nsuatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik
itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba terlebih dahulu sebelum
didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang
luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
Metode deomonstrasi yang diterapkan Rasulullah SAW
banyak terlihat terutama dalam menjelaskan masalah ibadah, seperti ibadah
salat, cara berwudhu, manasik haji. Dengan demikian pemahaman para sahabat
lebih mantap. Metode demonstrasi membutuhkan kepiwaian seorang pendidik. Karena
membutuhkan keterampilan yang memadai terlebih dahulu, sebelum pendidik
menerapkannya.
6.
Metode
Keteladanan (al-Uswat al-Hasanah)
Secara terminology, al-uswat, berarti orang yang ditiru,
bentuk jamaknya adalah usyan. Hasanat berarti baik, jadi uswat hasanah artinya
contoh yang baik, suri teladan. Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menjelaskan
tentang keteladanan. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW sebagai pribadi yang
paling sempurna dlaam mengaktualisasikan al-Qur’an dalam realitas kehidupan.
Imam Qarafi, sebagai dikutip M. Quraish Shihab, mengatakan bahwa eksistensi
Muhammad SAW dapat berperan sebagai rasul, mufti, hakim agung, pemimpin
masyarakat, dan manusia yang memiliki kekhususan.
Metode keteladanan ialah menunjukkan tindakan terpuji
bagi peserta didik, dengan harapan agar mau mengikuti tindakan terpuji
tersebut. Keteladanan pendidik bagi peserta didik adalah dengan menampilkan
al-akhlak al-mahmudat, yakni seluruh tindakan terpuji, seperti tawadhu’, sabar,
ikhlas, jujur dan meninggalkan al-akhlak al-majmumat, akhlak tercela.
7.
Metode
Pembiasaan (Ta’widiyat)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa.
Dalam kamus Besar Bahasa Indoensia, biasa artinya lazim atau umum, seperti
sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan
sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti
proses. Jadi, pembiasaan artinya proses membuat sesuatu menjadi biasa, sehingga
menjadi kebiasaan. Untuk membentuk peserta didik agar memiliki akhlak terpuji,
metode ta’widiyat, merupakan metode yang efektif. Dengan metode ta’widiyat ini,
peserta didik diharapkan dapat membiasakan dirinya dengan perilaku yang mulia.
Sebagai seorang teladan umat, Rasulullah SAW menggunakan
metode pembiasaan dalam rangka untuk membiasakan dirinya agar selalu dalam
kebaikan dan ibadah. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya Rasulullah SAW
melaksanakan salat sehingga bengkak kakinya. Rasulullah berkata, bukankah aku
sebaiknya menjadi hamba yang bersyukur. Rasulullah adalah orang yang paling
banyak melaksanakan shalat, dan menyukai ibadah yang dilaksanakan terus menerus
meskipun kecil. Rasulullah bernafas tiga kali ketika minum pada cangkir.
Rasulullah selalu puasa pada hari senin dan hari kamis, dan tidak puasa pada
hari raya Idhul Fitri. Apabila Rasulullah SAW haus, beliau mengurangi suaranya,
dan menutup wajahnya. Rasulullah apabila melihat jenazah dia lebih banyak diam
dan lebih banyak berbicara dalam hati, sahabat mengira bahwa beliau berbicara sendiri
tentang perkara kematian dan tidak ada orang yang bertanya tentang kematiannya.
8.
Metode
Mau’izhat dan Nasihat
Di dalam Kamus al-Muhith disebutkan, wa’azhahu,
ya’izhuhu, wa’zhan wa’izhatan, mau’izhatan, mengingatkannya akan apa yang dapat
melembutkan kalbunya, yang berupa pahala dan siksa, sehingga dia menerima
nasehat. Kata mau’izhat berasal dari kata wa’zhu yang artinya memberi pelajaran
akhlak yang terpuji serta memotivasi pelaksanaannya dan menjelaskan akhlak yang
tercela serta memperingatkannya atau meningkatkan kebaika ndengan apa-apa yang
melembutkan hati.
Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja
“nashaha”, berarti khalasha, yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga
berarti khathta, menjahit. Adapun nasihat adalah kata yang terdiri dari huruf
nun-shad, dan ha yang ditempatkan untuk dua arti, yakni murni atau tetap,
berkumpul atau menambal. Dikatakan, “Nashaha al-Syai,”, maksudnya benda itu
asli atau murni, karena orang yang menasehati pada dasarnya sedang memurnikan
orang yang dinasehati dari kepalsuan. Jadi nasihat adalah memerintahkan atau
melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman.
9.
Metode
Kisah
Secara etimologi kata qashash merupuakan bentuk jamak
dari qishah, masdar dari qassa yaqussu. Artinya, menceritakan dan
menelusuri/mengikuti jejak. Dalam al-Qur’an lafaz qashash mengandung makna
kisah atau cerita. Secara terminology qashash artinya berita al-Qur’an tentang
umat terdahulu. Jadi metode kisah adalah metode dengan menggunakan
cerita-cerita yang dapat menghubungkan materi pelajaran dengan kajian masa
lampau agar lebih dapat dan mudah dipahami oleh peserta didik dalam alam yang
lebih nyata.
Rasulullah SAW sering menggunakan metode kisah untuk
mendidik umat. Misalnya kisah Rasulullah tentang bayi berbicara. Kisah ini adalah
kisah yang diriwayatkan dari Abu Hurairat. Rasulullah mengatakan tidak ada bayi
di ayunan ibundanya berbicara, kecuali tiga, yaitu Isa bin Maryam, Bayi
Masithat yang melompat pada saat Fir’au menghukum keluarganya, dan bayi yang membebaskan
Juraij. Rasulullah juga mengisahkan tentang tiga orang yang terjebak dalam gua.
Rasulullah berkisah tentang ashab al-Uhdud. Kisah tetnang si botak, si belang,
dan si buta.
10.
Metode
Perumpamaan (Amtsal)
Perumpamaan mengandung unsure keindahan sastra.
Perumpamaan yang digunakan sebagai salah satu sarana dalam berbicara harus
memenuhi berbagai syarat. Misalnya, syarat keindahan, syarat prinsipil berupa
kefasihan berbicara. Perumpamaan berfungsi menerangkan, bukan sekedar
basa-basi.
Metode perumpamaan merupakan salah satu metode
pengajaran yang sering digunakan dalam al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW
Metode ini ibasanya digunakan untuk membentuk akhlak mulia peserta didik.
Ketika Rasulullah SAW ingin berbicara mengenai amar ma’ruf nahi mungkar, ia mengumpamakan
dengan cerita suiatu kaum yang menaiki kapal laut, kemudian mereka melakukan
undian, hingga sebagian mereka ada yang mendapat bagian atas kapal dan sebagian
lagi dibawah kapal. Orang-orang yang berada di bawah kapal jika menginginkan
air mereka harus naik ke atas. Mereka berkata, “Seandainya kita lubangi saja
kapal ini hingga kita tidak menunggu orang yang berada di atas. Jika
orang-orang yang ada di atas kapal membiarkan tindakan mereka maka mereka semua
akan binasa.
11.
Hadian
dan Hukuman
Hadiah, bahasa Inggrisnya reward yang artinya ganjaran,
upah emberikan penghargaan. Menurut kamus psikologi, hadiah adalah suatu alat
perangsang, situasi, pernyataan lisan yang bias menghasilkan kepuasaan atau
menambah kemungkinan suatu perbuatan yang telah dipelajari.
Dalam pandangan Islam/bahasa arab hadian diistilahkan
dengan “tsawab”. Artinya phala upah, dan balasan. Abdurrahman saleh Abdullah
menyamakan arti reward dengan tsawab, yang didapat oleh seseorang karena
perbuatan baiknya, baik didapatkannya di dunia maupun nanti diakhir. Hal ini
bias dilihat dlaam al-Qur’an surat
ali- Imran : 148.
Armai Arief juga menyamakan pengertian reward dengan
tsawab yang berarti pahala upah, dan balasan. Kata ini banyak dikemukakan dalam
al-Qur’an, khususnya kata al-Qur’an berbicara tetnang apa yang akan diterima
seseorang baik di dunia maupun di akhirat Menurutnya kata tsawab selalu
diterjemahkan kepada balasan yang baik. Dalam kaitannya dengan pendidikan
tsawab dapat diartikan; 1) alat pendidikan preventif dan refresif yang
menyenangkan dan bias jadi pendorong atau motivator belajar bagi siswa, 2)
suatu hadiah terhadap prilaku baik dari anak didik dalam proses pendidikan.
12.
Metode
Al-Hikmat, al-Mau’izhat, dan Mujadalat
Tiga corak metode ini sering digunakan dalam penyampaian
dakwah Islam, bahkan banyak diperdapat pada litaratur yang bertemakan dakwah.
Dalam pendidikan, debat, dialog, dan diskusi juga sering ditemukan, bahkan
dalam konteks pendidikan kekinian, debat sudah merupakan metode yang menarik
untuk mengembangkan aspek kognitif dan psikomotor siswa dalam mengemukakan
gagasan. Karena itu, baik dalam kajian dakwah maupun pendidikan, metode
al-hikmat, al-mau’izhat al-hasanah dan jadil hum bi allati hiya ahsan, adalah
metode yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Secara bahasa kata al-hikmat berarti tali kekang pada binatang. Tali tersebut berguna
mengekang binatang tunggangan agar terkendali. Dari kata tersebut, dapat
dikatakan, bahwa orang yang memiliki hikmah adalah orang yang berusaha
mengendalikan dirinya agar tercegah dari perbuatan hina. Hikmah berarti
meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara yang sesuai al-Qur’an dan sunnah Rasul. Jadi, hikmah
adalah kemampmenusun mengantur, merencanakan secara sitemik dan sistematik
materi ajar sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada, tanpa bertentangan
dengan undang-undang Allah SWT.
Sementara Mau’izat hasanat, terdiri dari dua kata,
ma’izhat dan hasanat. Mau’izhat berasal dari kata wa’azha ya’izhu
wa’zhan-izhatan yang berarti nasihat, bimbignan, pendidikan dan peringatan.
Sementara hasanat artinya kebaikan, lawan dari kejelekan, keburukan. Secara
terminology, Imam Ahmad bin Ahmad al-Nafasi, sebagaimana dikutip Hasanuddin,
mengatakan bahwa al-Mau’izhat al-Hasanat adalah perkataan-perkataan yang tidak
tersembunyi bagi mereka, bahwa melalui pemberian nasehat diharapkan dapat
memberi manfaat. Abdul Hamid al-Bilali mengatakannya, sebagai salah satu manhaj
dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing
ke jalan Allah, secara lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Jadi,
mau’izhat hasanat adalah kata-kata yang baik dan bermanfaat bagi orang lain
untuk berbuat sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.
Selanjutnya, kata mujadalat berasal dari kata jadala.
Artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim berwazan
fa’ala, jadala, dapat, bermakna berdebat, dan mujadalat artinya perdebatan.
Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan
sesuatu. Menurut Ali al-Jarsiyat, al-Jidal bermakna dating untuk memilih
kebenaran kata al-jadlu berarti pertentangan. Secara terminology al-Mujadalat
berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,
tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Al-Mujadalat adalah upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan
dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. Jadi, al-Mujadalat
adalah tukar pendapat dalam suatu diskusi disertai dengan dalil dan bukti yang
kuat untuk membuktikan kebenaran.
13.
Metode
Gradual
Metode gradual adalah metode pemberian materi pelajaran
dengan cara berangsur-angsur, tidak sekaligus, bertahap agar lebih bias
diterima oleh peserta didik. Metode ini digunakan karena pendidik sadar atas
batas kemanusiaan peserta didik. Metode ini digunakan oleh Rasulullah, misalnya
pada saat memberi hukuman kepada seseorang yang berhubungan suami istri disiang
hari pada bulan ramadhan.
14.
Metode
Perbandingan (Komperatif)
Metode perbandingan adalah metode pengajaran dengan cara
membuat perbandingan antara dua hal yang berbeda, dengan tujuan agar lebih
mudah dipahami. Metode juga berguna untuk membawa suatu permasalahatan kepada
akal pikiran yang lebih nyata, sehingga sifatnya lebih jelas. Rasulullah SAW
sering menggunakan metode perbandingan dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman
sebagaimana ditemukan dalam hadis berikut ini:
15.
Metode
Kinayat
Kinayat artinya sindirian, kiasan, mengatakan sesuatu
dengan perkataan yang lain, memperhalus kata-kata bertujuan untuk menghindarkan
rasa malu. Materi ini biasanya digunakan Rasullah SAW kepada sahabat perempuan,
dalam menjelaskan hal-hal yang sifatnya sensitive.
16.
Metode
Menggunakan Gambar
Untuk mendekatkan dan menggambarkan suatu kenyataan,
Rasulullah SAW, kadangkala memakai sarana atau media peraga yang memungkinkan,
seperti menggambarkan dan menampakkannya di hadapan peserta didik.
Pada suatu hari Nabi SAW berbicara tentang muluk dan
banyaknya cita-cita. Sesungguhnya manusia merasa tidak puas dengan hidup.
Cita-cita. Sesungguhnya manusia merasa tidak puas dengan hidup. Cita-cita dan
keinginannya laksana gunung menjulang. Namun, kematian yang tidak diketahui
meliputinya. Manusia tidak merasa, kecuali kematian itu benar-benar tiba,
membuyarkan cita-cita, dan menggagalkan rencananya.
BAB II
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa : Muhammad ‘Abdu Rahim Ghunaimat mendefinisikan metode
mengajar sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dari
maksud-maksud pengajaran. Ali al-Jumbulati dan Abu al-Fath al-Tawanisi
mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk
menyampaikan informasi ke otak murid-murid. Jadi metode pendidikan adalah
berbagai cara yang digunakan pendidik agar materi yang diajarkan dapat diterima
oleh peserta didik.
Adapun metode-metode yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada para sahabatnya yaitu sebagai berikut :
- Metode Ceramah
- Metode Diskusi
- Metode Eksperimen
- Metode Tanya Jawab
- Metode Demonstrasi
- Metode Keteladanan (al-Uswat al-Hasanah)
- Metode Pembiasaan (Ta’widiyat)
- Metode Mau’izhat dan Nasihat
- Metode Kisah
- Metode Perumpamaan (Amtsal)
- Hadian dan Hukuman
- Metode Al-Hikmat, al-Mau’izhat, dan Mujadalat
- Metode Gradual
- Metode Perbandingan (Komperatif)
- Metode Kinayat
- Metode Menggunakan Gambar
DAFTAR PUSTAKA
Samsul Nizar dan Zainal Efendi
Hasibuan, Hadis Tarbawi, Kalam Mulia, Jakarta , 2011.
terimakasih atas makalahnya, tapi untuk lebih mudah pemahamanya menurut saya, lebih baik ada dijelaskan kisah2/ceritanya satu persatu dari metode2 diatas. terimakasih,.. STAIN BENGKALIS
BalasHapus