SELAMAT DATANG di JA'FAR'S BLOG... Semoga Blog Ini Bisa Bermanfa'at Untuk Kita Semua...aamiin.... "ISLAM IS MY LIFE"
Home » » METODE PENDIDIKAN DALAM HADITS TARBAWI

METODE PENDIDIKAN DALAM HADITS TARBAWI

Selasa, 27 November 2012 | 1komentar



BAB I
PEMBAHASAN


Metode dalam bahasa Arab disebut dengan al-thariq, artinya jalan. Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampai ke tujuan. Mengajarkan materi pelajaran agar dapat diterima peserta didik hendaknya menggunakan jalan yang tepat, atau dalam bahasa yang lebih tepatnya cara dan upaya yang dipakai pendidik.
Muhammad ‘Abdu Rahim Ghunaimat mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dari maksud-maksud pengajaran. Ali al-Jumbulati dan Abu al-Fath al-Tawanisi mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan informasi ke otak murid-murid. Jadi metode pendidikan adalah berbagai cara yang digunakan pendidik agar materi yang diajarkan dapat diterima oleh peserta didik.
Adapun metode-metode yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada para sahabatnya yaitu sebagai berikut :

1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode dengan memberikan penjelasan tentang sebuah materi. Biasa dilakukan didepan beberapa orang peserta didik. Meetode ini menggunakan bahasa lisan. Peserta didik biasanya duduk sambil mendengarkan penjelasan materi disampaikan pendidik. Metode ini sering digunakan Rasulullah SAW, terutama pada saat beliau berkhutbah sebelum melaksanakan salat jum’at. Metode ini pernah dilakukan oleh Rasulullah, ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk dakwah secara terang-terangan : yang artinya : “Menceritakan kepada kami Qutaibat ibn Sa’id dan Zuhair ibn Haro, berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhat, dari Abu Hurairah, ia berkata “Tatkala diturunkan ayat ini : “Dan peringkatkanlah para kerabatmu yang terdekat (Q.S. Al-Syu’ara: 214), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang Quraisy. Setelah mereka bekumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Murrat ibn Ka’ab, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahabi Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari neraka ! Wahai Fatimat, selamatkanlah dirimu dari neraka ! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim).
Metode ceramah sifatnya lebih monolog, komunikasi satu arah kurang mengaktifkan logika lawan bicara. Karenya, metode ini hendaknya dibarengi dengan metode lainnya agar lebih hidup, dan memiliki nilai lebih dalam upaya penyampaian informasi kepada peserta didik.

2.      Metode Diskusi
Diskusi adalah tukar pikiran antara dua orang atau lebih untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kata diskusi berasal dari bahasa Latin yaitu “discussus” yang berarti “to examine”, insestigate” (memeriksa, menyelidik). Secara umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Metode ini sering digunakan Rasulullah SAW bersama para sahabat terutama untuk mencari kata sepakat. Al-Mubarakfury menyebutkan, sebagai dikutip Nawwal al-Thuwairaqi, bahwa pada perang Badar kaum muslimin berhasil menawan 70 orang, yang diikat dengan tali. Rasulullah SAW membagikan mereka sebagai tawanan kepada para sahabat dan beliau tetap berwasiat untuk berlaku baik kepada mereka. Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya mengenai tindakan apa yang harus diperlakukan kepada para tawanan. Abu Bakar al-Shiddiq mengusulkan, mereka diberi kesempatan untuk menebus dirinya, untuk menjadi sumber kekuatan bagi Islam. Umar berpendapat agar mereka dibunuh, Rasululah SAW menerima pendapat Abu Bakar al-Shiddiq.
Bila ditelaah dari beberapa riwayat diatas, Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak berdiskusi, meskipun pada dasarnya beliau memiliki wewenang untuk membuat keputusan sendiri. Tetapi, sebagai bentuk rasa keuruan yang terdapat padanya, beliau tidak merasa bosan bahkan sering mengadakan diskusi dengan para sahabat, apabila ada persoalan bersama.

3.      Metode Eksperimen
Metode eksperimen ialah cara pembelajaran dengan melakukan percobaan tehadap materi yang sedang dipelajari, setiap proses dan hasil percobaan itu diamati dengan seksama. Metode eksperimen sangat penting, terutama untuk menemukan hal-hal baru. Metode eksperimen adalah metode yang disetuui oleh Rasulullah, hal ini dapat dilihat dari penjelasan Rasulullah SAW ketidak beliau menyampaikan bahwa pohon kurma tidak perlu “dikawinkan” untuk membuahkannya dan ternyata bahwa informasi beliau tidak terbukti di kalangan sekian banyak sahabat, Nabi menyampaikan, “Apa yang kusampaikan menyangkut ajaran agama, maka terimalah sedang kamu lebih tahu persoalan duniamu.
Dua penjelasan diatas, metode eksperimen sangat dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan bidang kedokteran, pertanian, sains dan teknologi. Pada dasarnya Rasulullah memberikan dukungan untuk menggunakan metode eksperimen dalam pengembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan, selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip al-Qur’an dan hadis.

4.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara peserta didik. Guru mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta. Dalam Tanya jawab, pertanyaan adakalanya di pihak peserta didik (dalam hal ini atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta didik tidak menjawabnya barulah guru memberikan jawabannya.
Rasulullah juga pernah mempergunakan metode Tanya jawab; misalnya Tanya jawab antara Rasulullah dengan Jibril, ketika Jibril menguji Rasul tentang iman, Islam dan Ihsan. Sebagai berikut yang artinya : “Menceritakan kepada kami Ismail ibn Ibrahim memberiktan kepada Kami Abu Hayyan al-Tamimi dari Abi Zar’at dari Abu Hurairat, ia berkata, ‘Pada suatu hari ketika Nabi SAW sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba dating seorang laki-laki dan bertanya, “Apakah iman itu? “Jawab Nabi, Iman adalah percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, dan pertemuan dengan-Nya, para rasul-Nya, dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. Lalu laki-laki itu bertanya kembali. Apakah Islam itu jawab Nabi, Islam adalah menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan, dan berpuasa dibulan Ramadhan. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, apakah ihsan itu ? jawab nabi SAW, Ihsan ialah menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi : “Apakah hari kiamat itu?” Nabi SAW menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya, tetapi saya beitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tiba hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, dan jika pengembala unta dan ternak lainya telah berlomba-lomba membangun gedung-gedung. Dan termasuk dalam lima macam yang tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah, yaitu tersebut dalam ayat : “Sesungguhnya Allah hanya pada sisinya sajalah yang mengetahui hari kiamat, dan Dia pula yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu, dan tidak seorang pun yang mengetahui dimanakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui sedalam-dalamnya”. Kemudian pergilah orang itu. Lalu Nabi SAW menyuruh sahabat, “Antarkanlah orang itu. Akan tetapi, sahabat tidak melihat bekas orang itu. Maka nabi SAW bersabda, itu adalah Malaikat Jibril as yang dating mengajarkan agama bagimu”. (H.R. Bukhari).

5.      Metode Demonstrasi
Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan verbal denga nsuatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba terlebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar) mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang didemonstrasikan.
Metode deomonstrasi yang diterapkan Rasulullah SAW banyak terlihat terutama dalam menjelaskan masalah ibadah, seperti ibadah salat, cara berwudhu, manasik haji. Dengan demikian pemahaman para sahabat lebih mantap. Metode demonstrasi membutuhkan kepiwaian seorang pendidik. Karena membutuhkan keterampilan yang memadai terlebih dahulu, sebelum pendidik menerapkannya.

6.      Metode Keteladanan (al-Uswat al-Hasanah)
Secara terminology, al-uswat, berarti orang yang ditiru, bentuk jamaknya adalah usyan. Hasanat berarti baik, jadi uswat hasanah artinya contoh yang baik, suri teladan. Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menjelaskan tentang keteladanan. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW sebagai pribadi yang paling sempurna dlaam mengaktualisasikan al-Qur’an dalam realitas kehidupan. Imam Qarafi, sebagai dikutip M. Quraish Shihab, mengatakan bahwa eksistensi Muhammad SAW dapat berperan sebagai rasul, mufti, hakim agung, pemimpin masyarakat, dan manusia yang memiliki kekhususan.
Metode keteladanan ialah menunjukkan tindakan terpuji bagi peserta didik, dengan harapan agar mau mengikuti tindakan terpuji tersebut. Keteladanan pendidik bagi peserta didik adalah dengan menampilkan al-akhlak al-mahmudat, yakni seluruh tindakan terpuji, seperti tawadhu’, sabar, ikhlas, jujur dan meninggalkan al-akhlak al-majmumat, akhlak tercela.


7.      Metode Pembiasaan (Ta’widiyat)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus Besar Bahasa Indoensia, biasa artinya lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Jadi, pembiasaan artinya proses membuat sesuatu menjadi biasa, sehingga menjadi kebiasaan. Untuk membentuk peserta didik agar memiliki akhlak terpuji, metode ta’widiyat, merupakan metode yang efektif. Dengan metode ta’widiyat ini, peserta didik diharapkan dapat membiasakan dirinya dengan perilaku yang mulia.
Sebagai seorang teladan umat, Rasulullah SAW menggunakan metode pembiasaan dalam rangka untuk membiasakan dirinya agar selalu dalam kebaikan dan ibadah. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya Rasulullah SAW melaksanakan salat sehingga bengkak kakinya. Rasulullah berkata, bukankah aku sebaiknya menjadi hamba yang bersyukur. Rasulullah adalah orang yang paling banyak melaksanakan shalat, dan menyukai ibadah yang dilaksanakan terus menerus meskipun kecil. Rasulullah bernafas tiga kali ketika minum pada cangkir. Rasulullah selalu puasa pada hari senin dan hari kamis, dan tidak puasa pada hari raya Idhul Fitri. Apabila Rasulullah SAW haus, beliau mengurangi suaranya, dan menutup wajahnya. Rasulullah apabila melihat jenazah dia lebih banyak diam dan lebih banyak berbicara dalam hati, sahabat mengira bahwa beliau berbicara sendiri tentang perkara kematian dan tidak ada orang yang bertanya tentang kematiannya.

8.      Metode Mau’izhat dan Nasihat
Di dalam Kamus al-Muhith disebutkan, wa’azhahu, ya’izhuhu, wa’zhan wa’izhatan, mau’izhatan, mengingatkannya akan apa yang dapat melembutkan kalbunya, yang berupa pahala dan siksa, sehingga dia menerima nasehat. Kata mau’izhat berasal dari kata wa’zhu yang artinya memberi pelajaran akhlak yang terpuji serta memotivasi pelaksanaannya dan menjelaskan akhlak yang tercela serta memperingatkannya atau meningkatkan kebaika ndengan apa-apa yang melembutkan hati.
Kata nasihat berasal dari bahasa arab, dari kata kerja “nashaha”, berarti khalasha, yaitu murni dan bersih dari segala kotoran, juga berarti khathta, menjahit. Adapun nasihat adalah kata yang terdiri dari huruf nun-shad, dan ha yang ditempatkan untuk dua arti, yakni murni atau tetap, berkumpul atau menambal. Dikatakan, “Nashaha al-Syai,”, maksudnya benda itu asli atau murni, karena orang yang menasehati pada dasarnya sedang memurnikan orang yang dinasehati dari kepalsuan. Jadi nasihat adalah memerintahkan atau melarang atau menganjurkan yang dibarengi dengan motivasi dan ancaman.

9.      Metode Kisah
Secara etimologi kata qashash merupuakan bentuk jamak dari qishah, masdar dari qassa yaqussu. Artinya, menceritakan dan menelusuri/mengikuti jejak. Dalam al-Qur’an lafaz qashash mengandung makna kisah atau cerita. Secara terminology qashash artinya berita al-Qur’an tentang umat terdahulu. Jadi metode kisah adalah metode dengan menggunakan cerita-cerita yang dapat menghubungkan materi pelajaran dengan kajian masa lampau agar lebih dapat dan mudah dipahami oleh peserta didik dalam alam yang lebih nyata.
Rasulullah SAW sering menggunakan metode kisah untuk mendidik umat. Misalnya kisah Rasulullah tentang bayi berbicara. Kisah ini adalah kisah yang diriwayatkan dari Abu Hurairat. Rasulullah mengatakan tidak ada bayi di ayunan ibundanya berbicara, kecuali tiga, yaitu Isa bin Maryam, Bayi Masithat yang melompat pada saat Fir’au menghukum keluarganya, dan bayi yang membebaskan Juraij. Rasulullah juga mengisahkan tentang tiga orang yang terjebak dalam gua. Rasulullah berkisah tentang ashab al-Uhdud. Kisah tetnang si botak, si belang, dan si buta.

10.  Metode Perumpamaan (Amtsal)
Perumpamaan mengandung unsure keindahan sastra. Perumpamaan yang digunakan sebagai salah satu sarana dalam berbicara harus memenuhi berbagai syarat. Misalnya, syarat keindahan, syarat prinsipil berupa kefasihan berbicara. Perumpamaan berfungsi menerangkan, bukan sekedar basa-basi.
Metode perumpamaan merupakan salah satu metode pengajaran yang sering digunakan dalam al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW Metode ini ibasanya digunakan untuk membentuk akhlak mulia peserta didik. Ketika Rasulullah SAW ingin berbicara mengenai amar ma’ruf nahi mungkar, ia mengumpamakan dengan cerita suiatu kaum yang menaiki kapal laut, kemudian mereka melakukan undian, hingga sebagian mereka ada yang mendapat bagian atas kapal dan sebagian lagi dibawah kapal. Orang-orang yang berada di bawah kapal jika menginginkan air mereka harus naik ke atas. Mereka berkata, “Seandainya kita lubangi saja kapal ini hingga kita tidak menunggu orang yang berada di atas. Jika orang-orang yang ada di atas kapal membiarkan tindakan mereka maka mereka semua akan binasa.

11.  Hadian dan Hukuman
Hadiah, bahasa Inggrisnya reward yang artinya ganjaran, upah emberikan penghargaan. Menurut kamus psikologi, hadiah adalah suatu alat perangsang, situasi, pernyataan lisan yang bias menghasilkan kepuasaan atau menambah kemungkinan suatu perbuatan yang telah dipelajari.
Dalam pandangan Islam/bahasa arab hadian diistilahkan dengan “tsawab”. Artinya phala upah, dan balasan. Abdurrahman saleh Abdullah menyamakan arti reward dengan tsawab, yang didapat oleh seseorang karena perbuatan baiknya, baik didapatkannya di dunia maupun nanti diakhir. Hal ini bias dilihat dlaam al-Qur’an surat ali- Imran : 148.
Armai Arief juga menyamakan pengertian reward dengan tsawab yang berarti pahala upah, dan balasan. Kata ini banyak dikemukakan dalam al-Qur’an, khususnya kata al-Qur’an berbicara tetnang apa yang akan diterima seseorang baik di dunia maupun di akhirat Menurutnya kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Dalam kaitannya dengan pendidikan tsawab dapat diartikan; 1) alat pendidikan preventif dan refresif yang menyenangkan dan bias jadi pendorong atau motivator belajar bagi siswa, 2) suatu hadiah terhadap prilaku baik dari anak didik dalam proses pendidikan.

12.  Metode Al-Hikmat, al-Mau’izhat, dan Mujadalat
Tiga corak metode ini sering digunakan dalam penyampaian dakwah Islam, bahkan banyak diperdapat pada litaratur yang bertemakan dakwah. Dalam pendidikan, debat, dialog, dan diskusi juga sering ditemukan, bahkan dalam konteks pendidikan kekinian, debat sudah merupakan metode yang menarik untuk mengembangkan aspek kognitif dan psikomotor siswa dalam mengemukakan gagasan. Karena itu, baik dalam kajian dakwah maupun pendidikan, metode al-hikmat, al-mau’izhat al-hasanah dan jadil hum bi allati hiya ahsan, adalah metode yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Secara bahasa kata al-hikmat berarti tali kekang  pada binatang. Tali tersebut berguna mengekang binatang tunggangan agar terkendali. Dari kata tersebut, dapat dikatakan, bahwa orang yang memiliki hikmah adalah orang yang berusaha mengendalikan dirinya agar tercegah dari perbuatan hina. Hikmah berarti meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai al-Qur’an dan sunnah Rasul. Jadi, hikmah adalah kemampmenusun mengantur, merencanakan secara sitemik dan sistematik materi ajar sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada, tanpa bertentangan dengan undang-undang Allah SWT.
Sementara Mau’izat hasanat, terdiri dari dua kata, ma’izhat dan hasanat. Mau’izhat berasal dari kata wa’azha ya’izhu wa’zhan-izhatan yang berarti nasihat, bimbignan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanat artinya kebaikan, lawan dari kejelekan, keburukan. Secara terminology, Imam Ahmad bin Ahmad al-Nafasi, sebagaimana dikutip Hasanuddin, mengatakan bahwa al-Mau’izhat al-Hasanat adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa melalui pemberian nasehat diharapkan dapat memberi manfaat. Abdul Hamid al-Bilali mengatakannya, sebagai salah satu manhaj dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing ke jalan Allah, secara lemah lembut agar mereka mau berbuat baik. Jadi, mau’izhat hasanat adalah kata-kata yang baik dan bermanfaat bagi orang lain untuk berbuat sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.
Selanjutnya, kata mujadalat berasal dari kata jadala. Artinya memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim berwazan fa’ala, jadala, dapat, bermakna berdebat, dan mujadalat artinya perdebatan. Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Menurut Ali al-Jarsiyat, al-Jidal bermakna dating untuk memilih kebenaran kata al-jadlu berarti pertentangan. Secara terminology al-Mujadalat berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Al-Mujadalat adalah upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat. Jadi, al-Mujadalat adalah tukar pendapat dalam suatu diskusi disertai dengan dalil dan bukti yang kuat untuk membuktikan kebenaran.

13.  Metode Gradual
Metode gradual adalah metode pemberian materi pelajaran dengan cara berangsur-angsur, tidak sekaligus, bertahap agar lebih bias diterima oleh peserta didik. Metode ini digunakan karena pendidik sadar atas batas kemanusiaan peserta didik. Metode ini digunakan oleh Rasulullah, misalnya pada saat memberi hukuman kepada seseorang yang berhubungan suami istri disiang hari pada bulan ramadhan.

14.  Metode Perbandingan (Komperatif)
Metode perbandingan adalah metode pengajaran dengan cara membuat perbandingan antara dua hal yang berbeda, dengan tujuan agar lebih mudah dipahami. Metode juga berguna untuk membawa suatu permasalahatan kepada akal pikiran yang lebih nyata, sehingga sifatnya lebih jelas. Rasulullah SAW sering menggunakan metode perbandingan dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman sebagaimana ditemukan dalam hadis berikut ini:

15.  Metode Kinayat
Kinayat artinya sindirian, kiasan, mengatakan sesuatu dengan perkataan yang lain, memperhalus kata-kata bertujuan untuk menghindarkan rasa malu. Materi ini biasanya digunakan Rasullah SAW kepada sahabat perempuan, dalam menjelaskan hal-hal yang sifatnya sensitive.

16.  Metode Menggunakan Gambar
Untuk mendekatkan dan menggambarkan suatu kenyataan, Rasulullah SAW, kadangkala memakai sarana atau media peraga yang memungkinkan, seperti menggambarkan dan menampakkannya di hadapan peserta didik.
Pada suatu hari Nabi SAW berbicara tentang muluk dan banyaknya cita-cita. Sesungguhnya manusia merasa tidak puas dengan hidup. Cita-cita. Sesungguhnya manusia merasa tidak puas dengan hidup. Cita-cita dan keinginannya laksana gunung menjulang. Namun, kematian yang tidak diketahui meliputinya. Manusia tidak merasa, kecuali kematian itu benar-benar tiba, membuyarkan cita-cita, dan menggagalkan rencananya.


BAB II
KESIMPULAN


Dari pembahasan makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : Muhammad ‘Abdu Rahim Ghunaimat mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dari maksud-maksud pengajaran. Ali al-Jumbulati dan Abu al-Fath al-Tawanisi mendefinisikan metode mengajar sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan informasi ke otak murid-murid. Jadi metode pendidikan adalah berbagai cara yang digunakan pendidik agar materi yang diajarkan dapat diterima oleh peserta didik.
Adapun metode-metode yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada para sahabatnya yaitu sebagai berikut :
  • Metode Ceramah
  • Metode Diskusi
  • Metode Eksperimen
  • Metode Tanya Jawab
  • Metode Demonstrasi
  • Metode Keteladanan (al-Uswat al-Hasanah)
  • Metode Pembiasaan (Ta’widiyat)
  • Metode Mau’izhat dan Nasihat
  • Metode Kisah
  • Metode Perumpamaan (Amtsal)
  • Hadian dan Hukuman
  • Metode Al-Hikmat, al-Mau’izhat, dan Mujadalat
  • Metode Gradual
  • Metode Perbandingan (Komperatif)
  • Metode Kinayat
  • Metode Menggunakan Gambar

DAFTAR PUSTAKA


Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, Kalam Mulia, Jakarta, 2011.

Share this article :

1 komentar:

  1. terimakasih atas makalahnya, tapi untuk lebih mudah pemahamanya menurut saya, lebih baik ada dijelaskan kisah2/ceritanya satu persatu dari metode2 diatas. terimakasih,.. STAIN BENGKALIS

    BalasHapus

Jangan Lupa Join Ya Sob....

Untuk menjalin Silaturahim diniatkan Lillaahi Ta'ala...

Salam Penulis :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Blog ini sengaja saya buat sebagai salah satu media silaturahim dan agar dapat saling bertukar fikiran (sharing) tentang ilmu yang kita miliki... Apabila terdapat kata-kata yang kasar dan terlihat kurang sopan, Saya minta ma'af yang sebesar-besarnya... semoga bermanfa'at dan kita bisa mengamalkan ilmu yang kita miliki... "Wallaahu A'lam Bish_Shawaab..." وَاَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ